Artificial Intelligence (AI) dalam Industri Komunikasi: Ancaman atau Peluang?

/ /

 

    Kemajuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) diprediksi akan sangat berpengaruh pada kebutuhan sumber daya manusia. Laporan dari World Economic Forum (WEF) pada Mei 2023, seperti dikutip dari Kata Data melaporkan bahwa setidaknya 23% atau sekitar 83 juta pekerjaan di dunia akan hilang, sementara hanya 69 juta pekerjaan baru akan muncul. Artinya, ada sekitar 14 juta profesi di dunia akan berkurang dalam waktu lima tahun ke depan. Jenis pekerjaan apa saja yang akan hilang di industri komunikasi dan bagaimana menyikapinya?

    Ayu Purwarianti, Ketua Pusat Artificial Intelligence ITB dalam Indonesia Digital Conference yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada bulan Agustus 2023 di Bandung, menjelaskan bahwa setiap masa revolusi industri, pasti ada beberapa pekerjaan yang hilang, berganti dengan yang baru. 

    Sementara Davyn Sudirjo, founder masa.ai justru menilai keberadaan AI bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. “AI hanya tools. Pekerjaan yang butuh pemikiran akan susah digantikan oleh AI.”
Meskipun, Davyn mengakui, pekerjaan yang modelnya repetitif, tidak perlu banyak berpikir, bisa digantikan oleh AI. 



AI Dalam Dunia Jurnalisme 

    Ketua  Dewan Pers, Ninik Rahayu,  dalam paparannya menggambarkan bagaimana peluang dan tantangan di bidang jurnalisme. Mengutip riset yang dilakukan Sri Oktika Amran dan Irwansyah pada 2018, AI memang mampu menghasilkan berita cepat dalam jumlah besar, menghemat biaya produksi. Untuk membantu penulisan berita pada peristiwa yang relatif memiliki data dengan pola repeititif-statistik-atomasi daya-algoritma. Misalnya, pada berita pertandingan sepak bola, peristiwa bencana alam. Namun, tetap membutuhkan manusia untuk melakukan verifikasi dan melengkapi dengan sumber yang kredibel. 
Lebih lanjut Ninik menjelaskan bahwa AI juga mampu membantu kerja para jurnalis untuk melakukan transkripsi wawancara, mengunggah ke media sosial dan unggah berita (links, SEO). 
Meski begitu, AI juga memiliki kekurangan, diantaranya, ketidakmampuan menghadirkan konteks, bias, dan permasalahan etika dan hukum (manipulasi foto dan hak cipta). 




    Hal ini tentu saja perlu mendapat perhatian serius dari perusahan pers. Perusahaan pers  memiliki fungsi untuk memenuhi hak masyarakat akan informasi yang benar dan memelihara keberlanjuta media. Kata Ninik, ada dua pilar dalam memelihara keberlanjutan media. Pertama, karya jurnalistik yang berkualitas dan perusahaan pers yang sehat. Melakukan adaptasi teknologi tentu menjadi hal mutlak yang perlu dilakukan namun perlu diingat bahwa konten berita yang dangkal dan minim rasa akan menurunkan kualitas karya jurnalistik. 
    Ini artinya, perusahaan pers harus selektif memanfaatkan AI. 
    “Apapun, kuncinya ada pada jurnalis.”


    Apa yang disampaikan oleh Ninik telah dilakukan oleh Kompas Group (KG) Media. Andy Budiman, CEO KG Media, menjelaskan manfaat kecerdasan buatan untuk kemajuan KG. Pertama, memudahkan untuk melakukan web page personalization dan content classification. Dengan membaca riwayat penelusuran yang dilakukan seorang pembaca, hal ini memudahkan KG untuk menyajikan berita-berita sesuai minat seseorang. Begitu juga dengan personalisasi iklan. Iklan yang dibaca hanya iklan-iklan yang memang menyesuaikan dengan riwayat pencariannya. 

    “Yang paling dirasakan untuk English section. Dengan AI-powered translation, hemat biaya dari Rp850 juta menjadi Rp30 juta, dengan kenaikan jumlah pengunjung hingga 112%,” ungkap Andy.


Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menjelaskan manfaat AI untuk pemerintahan. 


    Tak hanya media, para konsultan komunikasi politik juga harus cermat menghadapi keberadaan AI. Lucky Djani, founder pemilu.ai membuat platform yang memudahkan caleg untuk mengenal konstituen dan dapilnya. 

    “Kami membuat platform AI untuk pemilu yang menggambarkan secara rinci kondisi suatu daerah yang menjadi dapil si caleg. Lengkap dengan profil masyarakatnya, mulai dari pekerjaan, usia, status, dan lain-lain. Kami juga memberi solusi tema kampanye yang pas untuk setiap dapil, dan slogannya. Jadi caleg tidak perlu menghabiskan biaya besar untuk survey lokasi, sudah bisa datang ke dapil dengan modal data dari kami.  Efektif dan efisien,” ujar Lucky.

    AI memang memberi banyak kemudahan sekaligus ancaman. Namun, jangan panik. Fokus pada apa yang bisa kita manfaatkan dan menunjang kerja. (Aprilina Prastari/komunikolog)














No comments:

Post a Comment