Di tulisan sebelumnya, saya sudah mengulas tentang pesan dan
ide di dalam iklan. Nah, ide tadi, bisa diturunkan ke beberapa materi iklan
yang ingin dibuat. Radio spot, misalnya. Buat kreator iklan, membuat radio spot
merupakan tantangan tersendiri karena hanya dengan durasi 60” harus bisa
menyampaikan pesan dan yang penting, menarik untuk telinga alias ear catching.
Nah, bagaimana sih membuat radio spot yang menarik buat
telinga?
Ini salah satu kegiatan waktu take VO. Kalau di studio, peralatannya lebih lengkap. Meski begitu, take VO juga bisa dilakukan di rumah, kok. Asal tidak ada "noise" yang masuk. |
Seperti yang kita ketahui, pendengar radio biasanya
mendengarkan radio sambil mengerjakan hal lain; entah menyetir, masak, baca
buku, dan sebagainya. Jaraaang banget yang mendengarkan radio secara khusus
tanpa aktivitas apapun. Makanya, kalau radio spot yang kita buat bisa membuat
mereka menghentikan pekerjaannya dan serius mendengarkan (terutama jika ini
baru kali pertama radio spot tersebut diputar), selamat! Berarti kita berhasil
membuat radio spot yang punya stopping
power.
Lalu, apa yang harus dilakukan kreator iklan untuk
menghasilkan radio spot yang nendang seperti itu?
Pertama, setelah kita mendapatkan ide yang kuat (kalau belum
baca tulisan tentang pesan dan ide, silakan dibaca dulu ya), lalu turunkan ke
cerita. Sebaiknya, hindari membuat cerita yang hanya “menumpahkan” product knowledge
ke dalam script seperti ini, ya:
A: “Duh, wajahku berjerawat,”
B: “Oh, kalo berjerawat, pake ini deh. Brand XXX mengandung
XXX yang bisa mengempeskan jerawat dengan cepat.”
A: “Wah, coba, ah.”
B: “Eit, beli dong,”
Please, jangan ya.
Ogilvy akan berteriak,” you must be joking!”
Jadi, harus bagaimana menulis ceritanya? Ingat, 10 detik pertama
harus mengesankan. Ulik dari kebiasaan remaja perempuan yang panik kalau ada
jerawat di wajahnya. Coba, bandingkan dengan awal script di bawah ini:
Dila: “Eerrhhh…”
Dila: “Iiiihh….”
Dila: “Dikiiiit lagiiii …”
Kira-kira Dila lagi apa?
Ya, kamu benar. Dila lagi berusaha mencet jerawat. Hal yang
biasa dilakukan remaja yang panik lihat jerawat segede biji papaya di pipi.
Awal seperti itu yang paling tidak membuat pendengar
mengeryitkan dahi, “hmm.. ini iklan apa ya?”
Selebihnya, kamu bisa berkreasi sesuai idenya.
Kedua, setelah mendapatkan script dengan cerita yang menarik
tadi, cek durasi.
Ketiga, pilih voice talent yang sesuai karakter. Kira-kira
voice talent seperti apa yang tepat untuk remaja seusia Dila? Usia? Mungkin
sekitar 15 tahun. Setidaknya, karakter suaranya seusia itu. Suaranya, agak
manja mungkin tapi jangan cempreng, dan ekspresif.
Keempat, selain memilih VO yang sesuai, dia juga harus mampu
berakting (lewat suara) sesuai dengan script. Ini tugas copywriter untuk
mengarahkannya (umumnya di agency, copywriter yang membantu mengarahkan VO).
Kelima, matangkan di editing. Tambahkan SFX, musik jika
perlu.
Paling penting, terus semangat mengulik supaya menghasilkan
karya yang nendang, ya. (APR)
Yg awal td kukira dila mo lairan bun
ReplyDeleteAh ih dikit lg kn
Wkkkk
Peace bun
Hahaha bisa juga sih ... :D
ReplyDelete