Tidak sedikit iklan-iklan buatan Thailand
membuat kita menangis atau tertawa terbahak-bahak. Hingga satu kata yang sering
dikatakan orang sesudah melihatnya, “keren!”
Tidak
dimungkiri, iklan-iklan mereka, yang banyak menang kompetisi itu, memang memiliki
ide yang kuat. Ya, ide! Tiga huruf yang sering membuat pekerja kreatif harus
rela lembur berhari-hari, menghabiskan bercangkir-cangkir kopi menemani sesi
brainstorming. Selesai menguliti habis isi brief, pertanyaan berikutnya yang
harus dicari adalah, “apa idenya?”
Awal
tahun 2000, ketika saya masih menjadi copywriter dan para senior periklanan
sering membuat kopdar untuk Creative Circle Indonesia, salah satu kopdar yang
saya ikuti adalah diskusi “How to Make Great TVC” bareng Mas Rizky Nur Zamzamy
yang kala itu menjadi Creative Director di Macs909.
“Setiap
ide itu punya layer. Jangan berhenti di layer pertama. Tarik terus sampai
terasa uniknya.” Kurang lebih itulah yang disampaikan Om Jimmy saat itu.
Jadi
sebetulnya, apa sih ide itu?
Sebelum
sampai di sana, kita perlu pahami dulu, apa sih iklan yang bagus itu. Apakah iklan
yang bagus itu; yang susah, njelimet, yang bikin orang mikir dulu? Atau yang
pakai animasi kelas dunia? Atau, pakai artis yang bayarannya mahal?
Iklan
yang bagus, pada dasarnya adalah yang menjawab tujuan beriklan (advertising
objective) dan mampu menyampaikan pesan dengan cara yang menarik. Nah, cara yang menarik inilah yang harus
dicari.
Aktivitas brainstorming, mata kuliah Produksi Iklan TV dan Radio, Universitas Bakrie |
Pesan dan Ide
Dalam
membuat iklan, kita akan dihadapkan pada dua hal penting yaitu “what to say”
dan “how to say”. "What to say" adalah pesan apa yang mau kita sampaikan kepada
target audience sedangkan “how to say” bagaimana kita menyampaikan pesan itu.
Namanya juga cara, bisa bermacam-macam. Sama seperti kalau kita mau pergi dari
Jakarta ke Yogyakarta. Ada yang naik pesawat, kereta, bus, mobil. Ada yang
bablas lewat tol, ada yang mampir-mampir dulu ke kota-kota sebelumnya. Cara
itulah yang secara sederhana dipahami sebagai ide.
Bagaimana
mencari ide? Setiap kreator iklan punya banyak cara untuk mengulik ide. Yang
jelas, bukan dengan semedi berhari-hari di dalam gua atau berendam di kolam
ikan lele. Ide didapat dengan rajin mengulik. Mengulik kelebihan brand-nya,
kompetitornya, kebiasaan target audience-nya. Tanpa rajin mengulik, kecil
kemungkinan kita akan mendapatkan ide yang ruarrr biasa!
Berdasarkan
pengalaman mengajar iklan di beberapa kampus, banyak nih teman-teman mahasiswa
yang masih kesulitan membedakan pesan dan ide. Biar nggak bingung, saya kasih
contoh ya. Misalkan, kamu harus membuat TVC untuk produk penyemprot mulut yang
bisa membuat mulut wangi seketika. Itu kelebihan sekaligus bisa menjadi pesan. Bagaimana mencari idenya? Kamu bisa menggalinya dari kebiasaan audience. Pada kondisi apa biasanya seseorang memerlukan
penyemprot ini? Hmm.. biasanya, orang suka nggak pede kalau habis makan makanan
yang berbau kan, contohnya, pete, jengkol, durian. Ulik lagi, pada kondisi apa
biasanya produk ini dibutuhkan? Tentu, pada saat ketemu seseorang, apalagi
kalau seseorang itu, seseorang yang berarti, seperti pasangan, calon klien, dan
lainnya. Bayangkan situasinya, misalkan ada seseorang yang baru melampiaskan
nafsu makannya dengan memakan jengkol di RM Padang, lalu dia ketemu dengan
calon kliennya yang terkenal perfectionist. Dari insight itu, kita bisa buat idenya, “unexpected
meeting”.
Sudah terbayang dong ceritanya akan bagaimana? Dari ide itu, tentu banyak turunan cerita yang bisa kita buat.
Sudah terbayang dong ceritanya akan bagaimana? Dari ide itu, tentu banyak turunan cerita yang bisa kita buat.
Nah,
kira-kira seperti itu. Jadi, jangan lelah untuk mengulik ya. (APR)
No comments:
Post a Comment