Pandemi covid-19 ternyata takhanya mengubah kebiasaan di sektor pendidikan dan pekerjaan tetapi juga dalam hal perawatan diri, diantaranya wajah dan tubuh. Diakui Deanira Kapita, Product Development Nose Herbalindo, sejak covid, permintaan menjadi brand owner produk-produk kecantik dan perawatan kulit semakin meningkat. BPOM mencatat 20.6% industri kosmetik di Indonesia semakin berkembang.
Komunikasi Brand Perawatan Kulit
Jika melihat perjalanan brand perawatan kulit di Indonesia, maka kita akan melihat pendekatan komunikasi yang berbeda-beda. Pada 1980-2000, beberapa brand perawatan kulit lebih banyak mengomunikasikan tentang rahasia kecantikan zaman dulu, dengan menonjolkan putri keraton yang cantik dan menggunakan ramuan alami. Narasi memiliki kulit putih itu cantik juga menjadi salah satu pesan yang sering ditonjolkan dalam iklan-iklan mereka.
Pada 2000-2010, komunikasi bergeser pada kualitas lokal yang tidak kalah dengan produk luar negeri. Kepedulian konsumen pada produk halal pun mulai digunakan para brand untuk mengomunikasikan kehalalan brand mereka.
Beralih ke tahun 2010-2020, memasuki era digital dan media sosial semakin meningkat, brand pun mulai menggunakan para social media influencer.
Lalu, apa yang akan menjadi tren komunikasi pada era 2020 ke atas?
“Tahun 2020 ke atas, era diversity of sustainability. Konsumen sekarang sudah peduli pada brand yang memiliki konsep dan peduli pada lingkungan. Mereka tertarik pada brand yang tidak menggunakan uji coba pada hewan, clean beauty, punya kontribusi pada lingkungan,” ujar Deanira, pada acara Brand Communications Excellence 2024, yang diselenggarakan pada 9 Agustus 20204, di kampus LSPR, Jakarta.
Untuk itu, Nose, sebagai perusahaan yang memproduksi produk-produk perawatan kulit fokus pada unsur natural di dalamnya.
Dengan semakin banyaknya pemain baru di bidang perawatan kulit, brand lama pun harus berbenah. Salah satunya, Erha. Pada awal berdirinya, Erha dikenal sebagai klinik perawatan kulit. Produknya pun tidak dijual bebas seperti sekarang. Namun semakin berubahnya perilaku konsumen terhadap perawatan kulit dan kecantikan, ditambah semakin banyaknya brand baru saat ini, brand yang sudah hadir selama 24 tahun ini harus berubah.
Dijelaskan Angelyn Bunardi, Director of Erha Skincare, konsumen saat ini lebih berpengatahuan karena informasi banyak bertebaran di internet. Apalagi dengan banyaknya konten-konten tentang perawatan kulit, baik yang disosialisasikan oleh dokter atau public figure. Begitu juga dengan kebutuhan konsumen yang semakin beragam; dari mulai menghilangkan jerawat, flek, melembabkan, hingga kulit putih.
Dilihat dari jenis kelamin, jika dulu pengguna produk-produk perawatan kulit adalah perempuan, maka saat ini, 18% adalah laki-laki, dengan target utamanya adalah Gen Z. Peluang ini dimanfaatkan Erha untuk membuat produk khusus laki-laki dengan brand HisErha.
Dari Klinik ke Produk Massal
Dengan semakin banyaknya brand-brand baru dengan marketing yang kian gencar, Erha pun berusaha untuk “membumi”. Erha mulai hadir di beberapa gerai perawatan kulit dengan beragam produk dan kemasan yang disesuaikan dengan target audiensnya.
“Kami hadir di tempat-tempat yang dekat dengan keberadaan konsumen, seperti di event, sekolah dan komunitas,” kata Angelyn. (Aprilina Prastari)
No comments:
Post a Comment