Jangankan ikut grup di media
sosial, khususnya aplikasi mengobrol seperti WhatsApp, Line dan sejenisnya,
memberikan smartphone apalagi untuk anak usia SD, sebaiknya tidak dilakukan.
Sayangnya, sebagian orangtua seperti tidak memiliki kekuatan untuk tidak
memenuhi keinginan anak tersebut. Akhirnya, tidak sedikit anak usia SD yang
sudah memiliki bahkan ikut beberapa grup di media sosial.
Bahkan jika anak belum memiliki
dan menggunakan smartphone orangtua
untuk berkomunikasi dengan teman-temannya, sebaiknya hindari untuk masuk ke
dalam grup aplikasi obrolan tersebut. Mengapa?
1. Dapat memicu kesalahpahaman
Meskipun di dalam aplikasi disediakan emotikon namun hal tersebut tidak dapat sepenuhnya menggambarkan suasana hati atau perasaan pengirim. Bahkan bisa jadi anak belum mampu menggunakan tanda baca atau emotikon dengan benar. Bisa saja pengirim menggunakan tanda seru (!) dan ditangkap oleh penerima pesan sebagai ungkapan marah.
Biasanya, keikutsertaan anak-anak di grup aplikasi obrolan tersebut tidak jauh dari urusan sekolah atau les. Dengan frekuensi pertemuan sering, sebaiknya anak dibiasakan untuk berkomunikasi langsung dengan teman-temannya. Dengan begitu anak akan terbiasa untuk mengeluarkan dan menerima pendapat, memahami gerak tubuh lawan bicaranya, dan berempati. Berempati dapat ditunjukkan dengan menepuk bahu, memegang tangan, menatap dengan sungguh-sungguh, yang semua itu tidak dapat dilakukan oleh emotikon.
3. Kecanduan smartphone
1. Dapat memicu kesalahpahaman
Meskipun di dalam aplikasi disediakan emotikon namun hal tersebut tidak dapat sepenuhnya menggambarkan suasana hati atau perasaan pengirim. Bahkan bisa jadi anak belum mampu menggunakan tanda baca atau emotikon dengan benar. Bisa saja pengirim menggunakan tanda seru (!) dan ditangkap oleh penerima pesan sebagai ungkapan marah.
Contohnya seperti ini:
“Emangnya kenapa ??!!”
Pengirim mungkin saja hanya sekadar bertanya namun penggunaan tanda seru yang kurang pada tempatnya membuat penerima menduganya sebagai ekspresi rasa marah atau tidak suka. Akibatnya, mereka bisa bertengkar.
2. Mengurangi komunikasi langsung
2. Mengurangi komunikasi langsung
Biasanya, keikutsertaan anak-anak di grup aplikasi obrolan tersebut tidak jauh dari urusan sekolah atau les. Dengan frekuensi pertemuan sering, sebaiknya anak dibiasakan untuk berkomunikasi langsung dengan teman-temannya. Dengan begitu anak akan terbiasa untuk mengeluarkan dan menerima pendapat, memahami gerak tubuh lawan bicaranya, dan berempati. Berempati dapat ditunjukkan dengan menepuk bahu, memegang tangan, menatap dengan sungguh-sungguh, yang semua itu tidak dapat dilakukan oleh emotikon.
3. Kecanduan smartphone
Terlalu asyik
terlibat dalam grup dan banyak mengobrol dikhwatirkan dapat membuat anak lupa
waktu sehingga mengurangi aktivitas fisiknya.
Ayo, Ayah-Bunda, jika belum
saatnya, tak perlu ragu menahan anak untuk tidak memiliki akun media sosial.
Ajaklah berkomunikasi langsung baik dengan Ayah-Bunda, maupun dengan
teman-temannya.
No comments:
Post a Comment