Mengukur RoI Media Sosial
Ini salah satu sesi yang saya ikuti.
Sebetulnya ada beberapa sesi lain, namun karena dilaksanakan pada waktu yang
bersamaan, dan perwakilan dari Jagawudhu Communication hanya saya sendiri :D,
jadi nggak banyak sesi yang bisa saya ikuti.
Bicara media sosial, sekarang tidak hanya
digunakan untuk ngobrol dengan teman dan keperluan pribadi lainnya. Sebagian
besar brand owner sudah menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan
pelanggannya. Bisa untuk menanggapi keluhan pelanggan, pertanyaan, dan
mempromosikan produk atau layanan terbaru.
Namun, sejauh mana ya brand owner bisa
mengukur RoI di media sosial?
Ramya Prajna, Co-CEO Think.web yang menjadi salah satu
pembicara mencontohkan program yang dilakukan timnya untuk sebuah brand laptop.
Menurutnya, mengukur RoI bisa dilakukan dengan melihat sales leads.
“Setiap ada pertanyaan harga produk berarti
ada sales lead. Dari situ, admin bisa berkomunikasi dengan penanya dan pastinya
menyarankan. Nah, kalau sampai tahap membeli, baru dikonversi. Yang paling
kelihatan memang melalui e-commerce”
Kalau mengacu pada wow marketing (lihat
tulisan sebelumnya), produk harus bisa memunculkan keingintahuan konsumen
sehingga mereka bertanya, membeli, mencoba dan lebih dari itu, mau
mempromosikan.
Tambah Ramya, perwakilan brand yang
berhadapan langsung dengan konsumen memang perlu dibekali dengan pengetahuan
mengenai produk dengan baik sehingga perlu adanya knowledge center.
Bicara cool brand, kira-kira brand apa yang
melakukan kampanye yang keren melalui media sosial, belakangan ini?
Mungkin ada yang jawab: Line atau yang
ramai dengan alumni AADC-nya.
Nah, kenapa Line kemudian memilih alumni
AADC untuk mempromosikan fitur terbarunya “Find Alumni”?
Galuh Chandrakirana dari Line menjelaskan,
selain sesuai dengan manfaat dari fitur ini, AADC juga dinilai sebagai film
yang fenomenal dan dikenal oleh banyak orang, terutama oleh target market.
Menariknya, selain ditonton oleh ratusan
ribu orang di Youtube, kampanye ini juga banyak dibicarakan di media sosial dan
digunakan oleh brand lain untuk promosi. Seperti salah satu iklan mie instan
dengan copy-nya (kurang lebih) “Nggak perlu nunggu 12 tahun untuk makan mie
enak. Cukup 3 menit”.
Sayangnya, kemarin Galuh tidak menjelaskan
berapa penambahan jumlah pengguna Line sejak mini drama AADC ini muncul.
No comments:
Post a Comment