Penjual, Jangan Lakukan Ini Pada Target Pembeli Anda!

/ /


Seorang ibu muda (sebut saja Riri) berkeluh kesah di akun media sosialnya. Hari itu dia dibuat kesal oleh seorang penjual produk kecantikan. Sebetulnya, penjual tersebut merupakan teman kantor lamanya yang sudah beberapa tahun tidak bertemu. Hingga suatu hari, ia dihubungi via WA, mengatakan kalau ia kangen dan mengajak bertemu.
“Wah, aku juga kangen nih tapi aku lagi sibuk banget…”
“Yaa.. luangin waktu dong. Memangnya kamu nggak kangen sama aku?”

Beberapa kali penjual tersebut berusaha mengajak bertemu. Tak enak hati, meski sedang sibuk, ia pun meluangkan waktu untuk bertemu pada hari Sabtu, mengambil waktu bermain bersama buah hatinya.

Sepuluh menit pertama, obrolan diwarnai dengan mengenang masa lalu. Lima menit kemudian, mulailah penjual itu membuka pembicaraan.

“Eh, aku tuh sekarang lagi merintis usaha.”
“Usaha apa?”
“Aku jual produk kecantikan. Aku kan dulu jerawatan, nah setelah pakai ini, jadi nggak jerawatan lagi. Nih, kamu lihat deh katalognya. Makanya aku ajak kamu ketemuan, supaya kenalan sama produk bagus ini.”

Riri terdiam. Ia merasa kecewa. Sebagai teman, ia berusaha meluangkan waktu untuk bertemu. Andaikan dari awal temannya mengungkapkan keinginananya untuk bertemu karena ingin menjual produknya, tentu ia tak sekecewa itu.


Image: @Helloquence on Unsplash.com

Demi menjual produk, tidak jarang penjual melakukan apapun. Apalagi jika produknya mahal dan menyasar kalangan tertentu saja. Sayangnya, banyak penjual yang kurang memerhatikan etika dalam berjualan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.     Jangan pernah berbohong. Berjualan merupakan kegiatan hebat. Apalagi jika yakin produk yang Anda jual memang bagus. Berterus terang dari awal lebih baik agar teman yang akan Anda ajak bertemu dapat menentukan waktu tepat yang nyaman untuk dirinya. Jika memang ia tertarik, tentu ia akan bersedia menemui Anda. Perasaan nyaman dengan penjual bisa jadi menentukan apakah ia akan membeli atau tidak. Setidaknya, jika bukan saat itu, ia tetap akan mengingat produk yang Anda jual. Jika suatu saat memerlukannya, ia akan menghubungi Anda.  
2.     Jangan memaksa. Ada beberapa calon pembeli yang sangat berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Tak perlu memborbardirnya dengan mengirim pesan berkali-kali secara pribadi jika memang ia sudah pernah menolaknya, baik itu penolakan secara implisit maupun yang secara terang-terangan. Penolakan secara implisit misalnya, ia hanya memberi ikon jempol atau senyum dan ucapan terima kasih. Mengingatkan lagi sih boleh saja tapi jangan berlebihan. Lebih baik, promolah di akun media sosial Anda sendiri.

Tak kalah penting, jangan baper saat ditolak. Bukankah setiap orang berhak menentukan untuk membeli atau tidak. Jangan sampai, pertemanan menjadi rusak karena dikejar target, ya.  (APR)



No comments:

Post a Comment