Physical Evidence dalam Marketing Mix

/ /


“Pokoknya kalau nggak laundry di tempat XXX, aku nggak mau. Mending nyetrika sendiri deh. Biar capek tapi nggak khawatir,” kata tetangga saya. 

“Memangnya kenapa? Lebih wangi dan bersih ya?” saya penasaran.

Rupanya, tetangga saya ini memiliki kadar kebersihan tingkat tinggi. Semua harus bersih. Termasuk urusan pakaian. Meski di dekat rumahnya ada tempat cuci-setrika pakaian, tapi tetap saja, dia lebih memilih XXX. 
Di XXX, dia bisa melihat langsung, bahwa karyawan laundry itu menyetrika tidak di ubin dan hanya dialasi seadanya tapi menggunakan meja setrika sehingga baju tidak perlu kotor terkena ubin atau kaki orang yang menyetrika. Tempatnya juga lebih bersih. Kelihatannya sepele ya. Tapi namanya ibu-ibu ya memang begitu. 

Cerita lain. Dulu, di rumah saya, bapak memelihara ikan lele. Saking banyaknya, akhirnya dijual ke tetangga-tetangga. Ada seorang tetangga yang sebetulnya kurang suka lele tapi kalau lelenya dibeli dari kolam bapak, dia mau. Kenapa? Karena dia lihat sendiri kalau lele di rumah dikasih makan pelet, roti kering atau nasi. Ternyata, dia nggak suka lele karena sering dengar kalau lele makannya kotoran manusia. Nah, ketika dia melihat sendiri kalau lele yang bapak jual makannya nggak seseram yang dia bayangkan, barulah ia merasa aman.

Nah, dalam marketing mix, ada 7P yang perlu diperhatikan dalam menjalankan usaha. Selain 4P yang sudah lama kita dengar (product, price, place dan promotion), tiga lainnya adalah people, process, dan physical evidence

Apa yang diperlihatkan oleh tempat laundry XXX, itu salah satu bentuk dari physical evidence dan process. Pelanggan bisa melihat langsung dan yakin bahwa pakaiannya akan diperhatikan dengan baik. Begitu juga usaha lele di rumah bapak. Pembeli yakin bahwa lelenya makan makanan yang layak.    

No comments:

Post a Comment